Kamis, 29 Maret 2012

Laporan Cryptogamae


LAPORAN CRYPTOGAMAE
IDENTIFIKASI MIKORIZA
                                               
Oleh :

RIFQI AZIZ

 JURUSAN BIOLOGI
FAKULTAS SAINS DAN TEKNOLOGI
BANDUNG
2011

A.    TUJUAN

Untuk mengetahui bentuk dan struktur salah satu jenis mikoriza.

B.     DASAR TEORI

Kata mikoriza berasal dari bahasa Yunani yaitu myces (cendawan) dan rhiza (akar) Sieverding (1991) dalam Husna et., al (2007). Jadi mikoriza adalah suatu bentuk hubungan simbiosis mutualisma antara cendawan dan perakaran tumbuhan tingkat tinggi (Agus Salim, dkk. 2011).

Asosiasi simbiotik antara jamur dengan akar tanaman yang membentuk jalinan interaksi yang kompleks dikenal dengan mikoriza yang secara harfiah berarti “akar jamur” Atmaja (2001) dalam As – sakaur (2007). (Agus Salim, dkk. 2011).

Mikoriza memerlukan akar tumbuhan untuk melengkapi daur hidupnya. Sebaliknya, beberapa tumbuhan bahkan ada yang tergantung pertumbuhannya dengan mikoriza. Beberapa jenis tumbuhan tidak tumbuh atau terhambat pertumbuhannya tanpa kehadiran mikoriza diakarnya (Agus Salim, dkk. 2011).

Tanah sebagai tempat tumbuh tanaman, merupakan sub sistem yang cukup kompleks. Salah satunya adalah komponen biotik yaitu jasad makro dan mikro, yang secara bersama dengan komponen abiotik membentuk tempat tumbuh bagi kelangsungan hidup tanaman diatasnya secara berimbang (A. Haris Talanca, dkk. 2006)

Untuk menjamin kestabilan ini, maka pengelolaan sumber daya alam harus dilakukan secara seimbang, tanpa harus terjadi perubahan-perubahan besar atau mendadak. Itulah sebabnya perlunya menjaga keberadaan serta fungsi komponen sistem dan individu   dalam komponen tersebut (A. Haris Talanca, dkk. 2006).

Kemajuan ilmu pengetahuan dan teknologi telah diketahui banyak jasad atau mikroorganisme yang berguna bagi tanaman, bahkan ada yang dapat membantu tanaman dalam hal penyerapan unsur hara dan menjaga kondisi tanah dengan menghasilkan sekresi ekstraselular, vitamin, dan zat tumbuh (A. Haris Talanca, dkk. 2006).

Sebagai contoh mikoriza dan bintil akar merupakan bentuk hubungan yang menguntungkan bagi masing-masing pembentuknya. Menurut Budi et al. (1998) ada tiga bentuk/tipe mikoriza yaitu pertama Ektomikoriza, jenis mikoriza ini ditemui pada tumbuhan Angiospermae dan Gimnospermae. Miselia cendawan ini berkembang dipermukaan rambut akar dengan membentuk selaput miselium dan tidak masuk menembus sel-sel akar. Kedua Endomikoriza,  jenis mikoriza ini dijumpai hampir pada semua jenis tanaman. Cendawan pembentuknya tumbuh di antara sel-sel korteks akar dan membentuk arbuskulus didalam sel. Ketiga Ekstendomikoriza, jenis mikoriza ini hanya terbentuk pada beberapa famili tanaman dan cendawan pembentuknya berkembang diantara, di dalam dan di sekeliling akar tanaman inang (A. Haris Talanca, dkk. 2006).

Alur Pembuatan Mikoriza

Metoda atau cara produksi inokulum mikoriza dan aplikasi secara langsung di lahan atau Produksi pertanianadalah sebagai berikut :

1.      Persiapan Lahan

Diperlukan bedengan berukuran 25 m 2 untuk menghasilkan 4 000 kg inokulum berupa campuran tanah spora dan akar terinfeksi. Sebaiknya dipilih lahan yang kurang subur yang dekat dengan areal penanaman.

2.      Sterilisasi Lahan

Pada lahan di atas disebarkan 50 - 60 g dazomet granular per m2, diaduk merata lalu disiram air untuk melarutkan butiran dazomet dan ditutup plastic. Perlakukan berikutnya adalah pencangkulan selain untuk meratakan hasil, juga untuk menguapkan sisa umigasi. Lima hari kemudian,bedeng tersebut dapat digunakan.

3.      Inokulasi

Pada tiap lubang yang dibuat diberikan starter inokulumdari jenis cendawan mikoriza yang akan dikembang biakkan. Tanaman inang dapat berupa jagung sorgum atau pueraria.  Untuk menjamin terjadinya infeksi pada media pengecambahan dapat diberi inokulum sebagai perlakuan pra inokulasi sebelum ditanam dibedeng perbanyakan.

4.      Multiplikasi

Perawatan tanaman perlu dilakukan selama pertumbuhan tanaman di lahan atau bedeng pembiakan pembiakan. Setelah tanaman inang keluar bunga (jantan atau betina) sebaiknya digunting agar tanaman dapat merangsang terbentuknya spora cendawan mikoriza dilahan tersebut.

5.      Panen Inokulum

Setelah tanaman mongering, tanah bedeng tersebut sudah dapat digunakan sebagai inokulum pengambilan tanah sebagai inokulum dilakukan hingga kedalaman sebatas lapisan olah yang telah dilakukan sebelumnya (20 - 30 cm).

6.      Pemakaian hasil

Hasil panen dapat langsung diaplikasikan pada tanaman ubi kayu dengan dosis 200 g pertanaman Stek ubi kayu ditanamkan pada lubang tersebut tepat diatas permukaan inokulum yang diberikan 5. Panen Inokulum Setelah tanaman inang mengering

C.    ALAT DAN BAHAN

ALAT
BAHAN
Mikroskop Bedah
Mikoriza
Gelas Objek
Aquadest
Kaca Penutup
Kacang Merah
Pipet Tetes

Cawan Petri


D.    PROSEDUR KERJA

Mikoriza
Campurkan Mikoriza dengan Aquadest
Homogenisasi
Teteskan sampel mikoriza tersebut pada gelas objek
Homogenisasi
Tutup dengan kaca penutup
Homogenisasi
Identifikasi bentuk spora mikoriza tersebut dibawah mikroskop
Gambar dan sebutkan jenis mikoriza
 
E.     HASIL

MIKORIZA 25 %
MIKORIZA 20 %

MIKORIZA 10 %
MIKORIZA 5 %
MIKORIZA 0 %
 
F.     PEMBAHASAN

Tingkat Infeksi oleh Fungi Mikoriza

Makin banyak akar yang terinfeksi diperkirakan akan makin besar pula tingkat penyerapan hara pada tanah – tanah yang miskin hara. Biasanya tanaman yang tumbuh pada tanah – tanah yang kurang subur memiliki nisbah akar/ tajuk lebih besar disbanding tanaman yang tumbuh pada tanah subur. Hal itu karena akar bisa cenderung tumbuh memanjang dan melebar untuk mencapai sumber air dan hara.
Dari pengamatan mikroskopik diketahui bahwa dalam akar kacang tanah yang terinfeksi fungi mikoriza VA terbentuk struktur arbuskula (cabang – cabang hifa) yang tersebar didalam dan diantara sel – sel korteks akar serta vesikula (struktur berbentuk bola) yang ditemukan didalam sel korteks, berbeda dengan sel fungi endomikoriza hidup secara simbiotik dengan menginfeksi akar tanaman dan dapat melakukan penetrasi menembus dinding sel – sel korteks akar. Struktur berbentuk bola (vesikula) berkembang ketika hifa berbeda dalam sel – sel korteks, sedang hifanya sendiri dapat ditemukan baik didalam sel korteks maupun didalam lamella tengah.

Interaksi antar makhluk hidup merupakan hal lazim. Demikian pula dalam dunia tumbuhan. Dalam proses tumbuh dan berkembang, tumbuhan berinteraksi dengan lingkungan biotik maupun abiotik. Salah satu contoh interaksi tumbuhan yang bersifat biotik adalah dengan jamur. Hubungan tersebut bisa berupa hubungan yang saling merugikan (parasitisme) karena menyebabkan pohon/ tanaman menjadi sakit, atau hubungan yang saling menguntungkan (mutualisme), misalnya mikoriza.

Mikoriza dapat dikemas dalam berbagai bentuk produk. Kemasan teknologi yang paling sederhana dan praktis untuk jenis cendawan ektomikoriza yang sporanya berlimpah adalah bentuk tablet spora. Selain itu ada kemasan lain yang cukup praktis di mana organ cendawan spora, hifa dan propagul lain dapat dikapsulkan dan dicampur dengan bahan dasar olahan rumput laut (alginat). Sedangkan untuk jenis cendawan endomikoriza adalah dengan cara memperbanyaknya pada inang tanaman semusim selama 3 bulan dan selanjutnya spora yang telah terbentuk pada sistem perakaran dapat dipanen dan dikemas dengan pembawa dari pasir atau batuan zeolite (Erdy Santoso, dkk. 2006).
Untuk memacu pertumbuhan pohon di persemaian dan lapangan, diperlukan pemahaman kondisi biologi di sekitar sistem perakaran beserta interaksi biogeokimia dalam proses penyerapan unsur hara oleh tanaman. Cendawan mikoriza merupakan mikroba penting dalam ekosistem hutan. Bagian tubuh cendawan mikoriza yang cocok dengan inang dapat dimanfaatkan dalam bentuk produk inokulum. Cendawan mikoriza merupakan salah satu alternatif teknologi rehabilitasi hutan dan lahan yang dapat diterapkan di Indonesia. Aplikasi cendawan mikoriza dimungkinkan dengan cara memanfaatkan cendawan mikoriza lokal yang cocok dengan inang (pohon) yang akan diintroduksi dalam skala besar. Bibit bermikoriza lebih tahan kering daripada bibit yang tidak bermikoriza. Kekeringan yang menyebabkan rusaknya jaringan korteks, kemudian matinya perakaran, pengaruhnya tidak akan permanen pada akar yang bermikoriza. Akar bermikoriza akan cepat pulih kembali setelah periode kekurangan air berlalu. 

Hifa cendawan masih mampu menyerap air pada pori-pori tanah pada saat akar bibit sudah tidak mampu lagi. Selain itu penyebaran hifa di dalam tanah sangat luas, sehingga dapat memanen air relatif lebih banyak. Sebagai contoh Pinus merkusii yang banyak ditanam di Indonesia sejak awal merupakan salah satu jenis tanaman cepat tumbuh yang pertumbuhannya sangat memerlukan mikoriza, maka untuk meningkatkan keberhasilan penanaman P. merkusii di lapangan, dibutuhkan bibit dengan mikoriza pada perakarannya. Begitu juga penanaman jenis-jenis Dipterocarpaceae (terutama jenis-jenis meranti di Jawa Barat) memiliki ketergantungan yang tinggi terhadap cendawan ektomikoriza, dengan demikian aplikasi ektomikoriza lokal perlu dikembangkan dalam skala besar. Dengan demikian untuk meningkatkan keberhasilan program RHL, maka bibit tanaman hutan harus dibekali mikoriza pada sistem perakarannya agar tanaman hutan memiliki daya hidup yang lebih di lapangan. Beberapa tahapan penting dalam proses pemanfaatan mikoriza berupa teknik sterilisasi dan teknik inokulasi pada tahap persemaian.

DIAGRAM HASIL DARI 0 % - 25 % (Selama 2 Mingggu)

G.    KESIMPULAN

Dari hasil percobaan dapat disimpulkan bahwa tidak saling tindak antara pengaruh inokulasi dengan mikroba dan pengaruh pemberian terhadap tingkat infeksi fungi serta terhadap pertumbuhan dan hasil tanaman.

Dalam proses pertumbuhan Mikoriza terhadap kacang merah selama kurun waktu 2 minggu, proses pertumbuhannya tidak terlalu cepat untuk minggu pertama, dan untuk hari selanjutnya pertumbuhan mulai bertambah cepat, karena kondisi seperti panas dan masuknya air kedalam tanah sangat mempengaruhi. Karena hal tersebut menunjukkan pengaruh mikoriza berdampak positif terhadap pertumbuhan dimana mikoriza dapat berfungsi dalam penyerapan hara pada tanah. Tanaman tumbuh pada tanah – tanah yang kurang subur memiliki nisbah akar/ tajuk lebih besar disbanding tanaman yang tumbuh pada tanah subur. Hal itu karena akar bisa cenderung tumbuh memanjang dan melebar untuk mencapai sumber air dan hara.














Tidak ada komentar:

Posting Komentar